Berbakti Kepada Ayah
Cerita Sex Berbakti Kepada Ayah – Beberapa bulan kemudian sehabis kejadian yang saya alami sepulang sekolah itu, yang mana runtutan peristiwanya dapat pembaca Ngocokers simak sekalian pada cerita Ayahku yang perkasa (my Real’S StorY) akupun kembali berafiliasi suami-istri dengan ayahku yang tercinta.
Peristiwa ini kualami ketika saya duduk di dingklik kelas 2 Sekolah Menengan Atas, dan usiaku baru 18 th, ketika ibu sedang bertugas di luar kota, saat ayahku sedang sakit sehingga membutuhkan perawatan juga perhatian dariku ini. Nah kejadian yang kualami ini akan kuceritakan dalam 3 bagian adalah:

Bab A MERAWAT PAPA KETIKA PAPA SAKIT
Perkenalkan namaku Ratna Andani Hidayati, usiaku sekarang 27 tahun, saya sekarang sudah mempunyai anak buah cintaku dengan ayahku yang sekarang berusia 5 tahun yang kuberi nama Dinda Purnama Puspitasari.
Nama papaku Irfan, dia seorang pensiunan guru salah satu SMA swasta di kota Malang, dan mamaku berjulukan Lasmi, ia mengajar di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di kota Malang.
Kehidupan rumah tangga ayah, dan ibuku cukup harmonis, walaupun kadang juga diwarnai perkelahian kecil, namun itu malah menciptakan mereka tampakkian mesra, yaach memang dalam setiap orang berumah tangga itu senantiasa diwarnai oleh perkelahian kecil, yang mana itu malah menjadi penyedap indahnya romantika dalam berumah tangga.
Akupun kadang-kadang tanpa sengaja mendengar bunyi desahan, dan rintihan ayah juga mamaku setiap kali saya berguru tengah malam untuk merencanakan pelajaran yang mau diajarkan di sekolah esok hari. Kadang-kadang aku membisu-membisu mengendap-endap di depan kamar kedua orang tuaku, sambil mataku mengintip ke dalam kamar orangtuaku lewat celah sempit yang ada di pintu kamar.
Mamapun meneruskan memutar-mutarkan pantatnya sampai kulihat papakupun terasa ngilu, dan akan secepatnya mencapai klimaksnya. Papapun kemudian berkata;“Ma, lezat banget ma, makin usang vagina mama ini semakin legit, sekalipun kita sudah 17 tahun menikah, memek mama tetap sempit, dan dinding vagina mama menjepit besar lengan berkuasa banget, seperti dikala malam pertama dahulu.
Mamapun semakin mempercepat gerakannya dalam memutar-mutarkan pantatnya, sambil mata mama terpejam, lalu mama menjawab; “i… iya… donk pa, vagina mama ini masih tetap sempit nan legit, kan mama rajin merawat vagina mama ini, juga tiap hari naik turun tangga di kampus mama, jadi kan sama saja seperti mama ini berolahraga rutin pa.
Mendengar mama berkata seperti itu, papapun kemudian menganggukan kepalanya sebagai tanda papa sependapat dengan mama, sambil papa terus menyodokkan kontol papa kian dalam, dan tak usang kemudian kulihat kontol papaku ini telah sepenuhnya ditelan oleh vagina mamaku. Sejurus lalu papapun lalu berkata; “hmm…
iya ma, oooh ma, kontol papa hangat banget, dan vagina mama semakin berdenyut saja menjepit kontol papa ini, ma… papa gak tahan ma, papa mau keluar nich ma, dan tak usang lalu… Oooh… auucch… sroot… sroot… sroot… Ma… terima sperma papa ini… kontol papakupun menyemprotkan sperma sebanyak kira-kira 4x ke dalam vagina mamaku ini
Mamapun lalu mengejang badannya menerangkan akan segera orgasme dan mama makin mendesah serta mengerang, lalu tak usang sesudah itu mama berteriak;” aaauucch… hhh… pa… ssshh… ooohh pa… mama juga keluar nich pa… sssuurrr… serrr.. sssuurrr… serr… sssuurr, aaauuuch pa, mama keluar pa, kontol papa yummy banget sayang, benar-benar memenuhi dinding vagina mama ini, buat mama ketagihan terus, siraman sperma papa menghangatkan rahim mama ini pa.
Mamakupun lalu mencabut kontol papaku yang perlahan-lahan mengecil, dan kulihat dari liang vagina mamaku ini mengalir sperma papa yang sebagian tertumpah, alasannya tak semua sperma papaku mampu tertampung di dalam rahim mama bercampur dengan cairan kewanitaan dari memek mamaku ini.
Mamapun kemudian mengambil tissue untuk mengelapi vaginanya yang masih lembap, sesudah itu mama kemudian mengelapi kontol papaku.
Aku yang sedari tadi menyaksikan adegan saat papaku meniduri mamaku, tanpa kusadari kuremas-remas payudaraku ini, dan sambil kuelus-elus celana dalamku sempurna di bab tengahnya serta kubayangkan saya tengah dientoti oleh papaku ini.
Saat aku tersadar kurasakan celana dalamku ini sudah berair, dan dapat kurasakan pula puting payudaraku ini sudah mengeras, begitupun juga dengan bibir vaginaku yang liangnya perlahan mulai merekah, lalu akupun bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dan membilas vaginaku ini, lalu akupun kemudian berubah celana dalam.
Setelah aku tamat membersihkan liang vaginaku yang becek, dan belepotan dengan cairan kewanitaanku ini di kamar mandi, maka akupun lalu kembali ke kamarku untuk memulai mencar ilmu menyiapkan pelajaran yang hendak diajarkan di sekolah keesokan harinya.
Akan tetapi saya tak dapat fokus sepenuhnya alasannya adalah aku senantiasa saja terbayang adegan ketika orangtuaku tadi sedang bercinta.
Aku berharap suatu dikala nanti aku mampu mengulang kejadian 2 bulan yang kemudian dikala saya disetubuhi oleh papaku, yang mana dikala itu saya tak mengetahui ternyata papaku ada di kamarku ini ketika saya sedang berganti pakaian, dan terjadilah “kecelakaan” yang periode itu aku dapat merasakan untuk pertama kalinya vaginaku ini dimasuki oleh kontol papaku yang besar, dan panjang, yang mana papaku memiliki kontol berukuran panjang 15 cm, dengan diameter sekitar 2 inchi, sehingga ketika memasuki vaginaku ini maka vaginaku terasa sarat , dan sesak oleh kontol papaku itu.
Sementara mamaku Lasmi mempunyai payudara berukuran 34 B sama sepertiku, dengan badan yang lebih langsing serta warna kulit yang lebih kuning langsat dariku, tetapi dengan tinggi tubuh yang lebih pendek jika dibandingkan denganku ini, mamaku berskala tinggi tubuh 158 cm; dengan berat tubuh 45 kg, sedangkan saya berukuran tinggi badan 163 cm; dengan barat tubuh 57 kg.
Kami berdua mempunyai bentuk paras yang seperti, disamping itu kami juga sungguh erat, dan bersahabat, sehingga orangpun sering mengira kami yakni abang-adik. Walaupun mama berusia nyaris terpaut 30 tahun dariku, tetapi mama tetap tekun melakukan perawatan terhadap tubuhnya, sehingga mamapun tampak mirip seorang wanita yang masih berusia 30 tahunan.
Haripun berganti dan waktupun berlalu, tanpa terasa sampai datang saatnya menjelang aku menghadapi ujian peningkatan kelas pada bulan Nopember 2005 ini. Aku berharap dapat mengerjakan ujian dengan tanpa kendala, dan naik ke kelas 3 SMA. Saat cobaan kurang 5 hari mamaku mendapatkan peran dari kampusnya untuk mengikuti pelatihan di kota hujan Bogor.
Akupun bekerjsama merasa agak sedikit kecewa, alasannya bagaimanapun aku membutuhkan perhatian dari kedua orangtuaku manakala konsentrasiku tercurah sepenuhnya untuk cobaan.
Dengan berat hati risikonya akupun pada pagi hari pukul 08.30 w. b, tanggal 8- Nopember-2005 saya beserta papaku mengirimkan mamaku ke terminal menumpang taksi dari rumah.
Sepeninggal mamaku ke Bogor, akupun cuma berdua di rumah dengan papaku ini. Awalnya tak ada dilema sampai kira-kira pada pertengahan bulan tepatnya tanggal 21- Nopember-2005, saat itu papaku jatuh sakit dan dirawat di salah satu Rumah Sakit Swasta milik PTPN di kota Malang ini.
Aku selaku anak wanita satu-satunya ingin menawarkan perhatian yang khusus kepada papaku ini karena kulihat papa begitu stress dengan penyakit yang dideritanya.
Nah kebetulan juga ketika itu mamaku masih ada di Bogor dalam rangka mengikuti seminar nasional. Mamaku bekerja di salah satu PTN ternama di kota Malang, di wilayah Jawa Timur. Kaprikornus aku yang merawat papaku menggantikan tugas mamaku ini selama mamaku mengikuti pelatihan di kota hujan.
Aku yang mengirimkan ayah ke tempat tinggal sakit, dan kemudian menungguinya serta menyuapinya makan, juga meminumkannya obat selama ayah dirawat di rumah sakit.
Terkadang pula sepulang dari sekolah aku eksklusif meluangkan diri menuju rumah sakit tanpa sempat berubah busana, akan namun aku telah menyiapkan pakaian ganti dari rumah ketika aku hendak berangkat sekolah.
Kejadian yang akan kuceritakan ini terjadi ketika hari ke 3 papaku di rawat di rumah sakit, yang mana pada 2 hari sebelumnya saya cuma sebentar saja sekitar kurang lebih cuma 2 jam dalam menemani papaku di rumah sakit, alasannya adalah aku harus merencanakan diri untuk berguru menghadapi ujian yang mana mata pelajaran yang diujikan relatif susah.
Pada hari ke 3 ini mata pelajaran yang diujikan bukan mata pelajaran yang sulit, sehingga tamat cobaan kira-kira pukul 10.00 w. b, akupun lantas berubah busana di toilet sekolah, kemudian saya segera bergegas menuju rumah sakit dengan menumpang kendaraan transportasi kota. Sekitar 25 menit perjalanan dengan angkot, akupun sampai di rumah sakit daerah papaku ini di rawat.
Akupun kemudian berjalan menuju kamar papaku di ruang melati A7. Akupun kemudian mengetok pintu kamarnya 3x. Tok… tok… tok… Assalamu’alaikum wr. wb, pa, ratna datang, papa sedang apa di dalam? Namun tak ada tanggapan dari dalam kamar papaku.
Akupun lalu membuka gagang pintu kamar papaku perlahan, ternyata pintu kamar papa tidak dikunci, dan kulihat papaku tertidur pulas di atas kasur.
“pa, Ratna duka dech melihat papa sakit dan menderita. Apakah ada yang bisa Nana lakukan biar papa lekas sembuh?” Papaku kemudian perlahan terbangun dari tidurnya, kemudian membuka matanya perlahan yang tadi terpejam, dan papa lantas mengelus rambutku ini sambil ditatapnya payudaraku ini, kemudian lalu papa berkata:
“Ya, Sayang, kamu mampu ngasih papa susu kamu itu.. Itu akan menjadi pengobatan yang tepat untuk mempercepat kesembuhan papa ini”.
Ketika papaku menyampaikan itu, tangan papa sambil membuka kancing bajuku ini satu persatu, dan diremas-remasnya payudaraku, hingga payudarakupun menjadi tegang, dan mengeras.
Aku memiliki ukuran payudara dengan cup bra 34 B, dan mempunyai puting berwarna coklat agak kehitaman, serta areola (daerah melingkar yang mengelilingi puting payudaraku ini) yang sensitif atau peka kepada rangsangan, mungkin ini juga yang membuat ayah jadi kasar tiap kali kami bercanda, sebab kami berdua sangat akrab, bahkan seperti kakak-adik.
“Tentu saja pa… kalau itu memang mampu mempercepat kesembuhan papa!” Aku lalu melepaskan pakaianku ini yang sudah terbuka kancingnya itu, kemudian kemudian akupun melepaskan pengait Braku, dan payudaraku yang sudah menegang serta mengeras pun seakan melompat keluar dari kurungannya.
Aku agak membungkuk di tempat tidur papaku, dan mendekatkan payudara kananku sampai berada bersahabat dengan wajahnya. Tanpa sepatah katapun, papaku lalu memegang payudaraku yang besar juga lingkaran itu dan mulai membelai serta memijatnya.
Saat papa mulai meremas puting susuku, susukupun menjadi semakin keras. Papa pun kemudian memasukan putingku ke mulutnya yang terbuka lebar dan mulai menghisapnya sruupp… sruupp… sluruupp… Aku bisa merasakan lidahnya menggelitik puting ku ini.
Akupun mulai mendesah… sshh… oooh pa… yummy sayang, teruus pa hisap pentil tetek ratna ini… Kebahagian diikuti kehangatan seakan menyebar ke seluruh badan ku dari pengalaman baruku ini. Sehingga dalam hitungan detikpun akupun kemudian mampu merasakan bahwa vaginaku telah gatal, dan basah.
Aku mencoba untuk meraba vaginaku ini, dan ternyata oh.. vaginaku sudah betul-betul basah, dan bahkan cenderung becek.
Semua ini sungguh-sungguh mengagetkan ku sebab rasanya sangat berlainan dari yang pernah, dan sering dilakukan oleh pacarku. Hanya dalam hitungan detik aku telah mendapati kenyataan bahwa celana dalam ku betul-betul berair, balasan dari perlakuan ayahku ini.
Aku menggigil dan gemetar sebab orgasme yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya. Papapun beralih kepayudaraku yang satunya dan menghisap besar lengan berkuasa sampai energiku terasa betul-betul terkuras. Papa kemudian melepaskan putingku dari mulutnya dan berkata.
“Enak banget nak… – hal yang terbaik yang pernah kamu lakukan untuk papa, dulu papa suka banget ASI mama kamu, dikala ia masih menyusuimu dahulu, sekarang sudah usang papa ngga merasakan itu.”
Kamipun kemudian berpelukan, dan papa pun mengisap lagi payudaraku ini untuk waktu yang usang. Setelah nyaris 1 jam papa menghisap puting payudaraku ini papapun merasa puas, dan kemudian papa kembali tertidur pulas.
Aku kemudian lalu bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan membersihkan badanku ini. Aku yang tadi sudah telanjang di bab atas dikala papaku melepas baju, dan Bra ku ini sengaja tak kupakai lagi pakaianku ini saat papa tamat menghisap kedua payudaraku ini,
Namun tetap kulipat rapi baju beserta Bra ku lalu kutaruh di dingklik, sehingga akupun hanya memakai rok panjang, dan celana dalam saat aku berlangsung ke kamar mandi itu sambil akupun menenteng handuk.
Sesampainya di dalam kamar mandi, akupun lantas melepas rok panjang juga celana dalamku, dan kulihat celana dalamku ini masih berair kuyup oleh cairan kewanitaanku yang agak lengket ini.
Akupun lalu mulai menyiram tubuhku ini dengan air, dan menyabuni badanku ini, ketika tanganku ini hingga pada bagian payudaraku kurasakan kedua payudaraku ini pada bagian areolanya masih sedikit mengeras, sehingga akupun teringat kembali insiden dikala papa menghisap, juga meremas payudaraku tadi.
Akupun kemudian melanjutkan menyabuni tempat kewanitaanku ini dengan menggunakan sabun sirih, ketika saya mulai menggosokkan dan memutar-mutarkan tanganku sengaja jariku ini kusentuhkan pada bab klitoris vaginaku kemudian akupun mendesah perlahan… oooh… oooh mas… oohh… mass… ssshhh… ooohhh… mas…
Akupun kemudian menggunakan handukku dan keluar dari kamar mandi untuk menggunakan pakaianku ini, yang mana kamar mandi itu masih berada satu ruangan dengan kamar tidur papaku, cuma berjarak beberapa meter saja.
Setibanya di kamar tidur papaku, akupun lalu menghanduki tubuhku yang masih dalam kondisi telanjang bugil, sambil akupun merencanakan pakaian ganti, sebab tadi pakaianku telah kotor.
Untungnya tadi aku menjinjing 2 setelan pakaian dari rumah. Aku terus melanjutkan kegiatanku menghanduki badan telanjangku ini, tanpa kusadari ternyata papaku ini telah terbangun dan asyik menonton panorama indah dimana putrinya sedang telanjang di hadapannya. Selesai saya mengeringkan badanku ini dengan kain handuk, akupun lekas menggunakan pakaianku yang gres.
Aku memakai bra berwarna coklat muda senada dengan bra yang tadi kupakai, celana dalam berwarna putih dengan bordir motif bunga, kemeja bermotif kotak warna biru muda, dan rok panjang berwarna putih.
Setelah itu akupun kemudian menyisir rambutku yang panjang ini lalu kuusapkan bedak di wajahku ini. Sesudah selesai berdandan, akupun lalu menyuapi papaku ini dengan bubur yang sudah tersedia di meja, lantas meminumkannya obat biar papaku ini lekas sembuh.
Akupun lantas pulang ke tempat tinggal dengan menumpang taksi. Sesampainya di rumah aku mengajukan pertanyaan di dalam hatiku, tindakan apa lagikah yang mau dikerjakan oleh papaku ini esok hari kepadaku.
Akan namun saya tidak inginambil sakit kepala untuk memikirkannya, aku menetapkan untuk beristirahat sejenak sambil menonton tv.
Kira-kira pukul 20.45 w. b akupun tertidur di depan tv, hingga dikala saya terbangun waktu telah memberikan pukul 24.00 w. Akupun lalu berlangsung ke kamarku untuk melanjutkan tidur, alasannya esok pagi saya akan kembali ke rumah sakit untuk menjenguk papaku, dan lagi ujiankupun sudah akhir tadi sore.
Sekitar pukul 04.00 w. b akupun terbangun dikala adzan subuh berkumandang. Akupun lantas merencanakan pakaianku, dan busana milik papaku ini alasannya hari ini papa sudah boleh pulang ke tempat tinggal.
Sengaja aku cuma mencuci mukaku ini, dan berganti pakaian dikarenakan udara di pagi hari yang begitu cuek menusuk kulit, sedangkan aku pikir lebih baik nanti mandi di rumah sakit saja. Ngocoks.com
Akupun segera menghubungi taksi setelah segala perlengkapan yang mau kubawa ke rumah sakit ini siap. Sekitar 15 menit kemudian taksipun tiba, dan aku lantas melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit waktu memberikan pukul 05.00 w. b sempurna. Akupun bergegas menuju ke kamar papaku, dan sesampainya di depan kamar aku buka kenop/gagang pintu kamar perlahan, tak lupa kuucapkan salam “Assalamu’alaikum wr.
“pa, bagaimana keadaan papa kini? Sudah merasa sehatkah pa?”.Papakupun menjawab pertanyaanku ini;“alhamdulillah nduk, papa kini telah merasa baikan sayang”. Akupun kemudian berkata; “oooh syukur dech jika papa telah baikan. Ratna bahagia banget rasanya pa!” Akupun lantas berpamitan terhadap papa untuk mandi dahulu karena badanku telah agak gatal, sambil kuucapkan;
“pa, ratna mau mandi dulu iya sayang”. Papapun lalu menyahutiku; “iya nduk, jangan dikunci iya pintunya, nanti bila sewaktu-waktu papa butuh kamu, semoga mudah manggilnya!”
Aku tidak menjawab usul papa itu, dan segera bergegas ke kamar mandi untuk mandi pagi. Saat saya sedang asyik mandi, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar mandi, tanpa pikir panjang kemudian kubukakanlah pintu kamar mandi, dan ternyata kulihat ayahku telah berada di depan pintu kamar mandi. Akupun tentu saja kaget setengah mati, dan berusaha menutupi payudara, dan vaginaku ini dengan kedua tanganku.
Tiba-tiba papa mendekapku dari belakang, kemudian berbisik di telingaku, “nduk, kau maukan menolong papa, Na, putriku yang manis?”.
Lalu akupun menjawab, “menolong apa nich papaku sayang, cintaku?”
Ayah tidak menjawab, hanya saja dia berkata,“nanti saja ya sayang, papa akan katakan dikala kita sudah tiba di rumah, kini kamu teruskan dahulu mandinya, nduk.”
Terus-terang hatikupun menjadi dag-dig dug tidak menentu menunggu apa yang mau terjadi nanti, namun aku tetap meneruskan aktivitas mandiku ini sampai selesai, walaupun pintu kamar mandi dalam keadaan terbuka, dan papaku masih tetap berdiri di depan pintu sambil persepsi mata papaku tak lepas dan terus mengamati badan telanjangku ini.
Selesai mandi akupun kemudian berdandan yang bagus dengan menggunakan gaun akses berwarna merah muda bermotifkan bunga, kemudian kusisir rambutku yang panjang ini.
Sementara papaku sendiri kini mandi, dan bersiap untuk pulang ke tempat tinggal. Setelah saya selesai berdandan, dan papa juga selesai mandi serta berpakaian kamipun lalu berjalan berdua meninggalkan kamar menuju loket administrasi untuk mengeluarkan uang semua ongkos administrasi.
Termasuk juga membayar biaya obat yang dikonsumsi oleh papaku selama 4 hari dirawat di rumah sakit, yang mana total ongkosnya mencapai Rp 5.
Bersambung…
Sesudah membayar semua ongkos manajemen selama di rumah sakit, kami berduapun pulang dengan menumpang suatu taksi. Saat kami berdua berlangsung melalui lorong rumah sakit, tanpa sengaja mataku melirik pada jam dinding yang ada di erat pintu keluar, ternyata waktu sudah memberikan pukul 05.45 w.
Tak terasa ternyata saya tadi telah nyaris 45 menit berada di rumah sakit untuk mandi, higienis-bersih dan merencanakan segala keperluan yang akan dibawa pulang juga melunasi semua ongkos administrasi, beserta obat-obatan yang dikonsumsi oleh papaku.
Setelah semuanya beres saya lantas menelepon taksi, dan kami berdua lalu duduk di salah satu kursi panjang yang ada tepat di halaman pintu keluar rumah sakit. Sesudah menanti nyaris 15 menit, jadinya taksi yang menjemput kamipun tiba, dan kami secepatnya naik ke dalam taksi untuk kemudian melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.
Selama perjalanan pulang kamipun bercanda, dan ayah terus memujiku, sampai membuatku tersipu-sipu aib, ayah menyampaikan bahwa diriku jauh lebih cantik, cantik, serta perhatian padanya daripada ibuku. Akhirnya setelah perjalanan selama 35 menit kamipun sampailah di rumah. Oh iya ayahku yakni seorang pensiunan guru, dan papa sudah usang pensiun dikala aku kelas 2 SMA itu.
“nduk, kamu maukan papa cepat sembuh sayang?” Lalu akupun menjawab, “pastinya donk pa, Ratna ingin papa lekas sembuh sayang.**” Apa yang dapat Ratna lakukan nich pa, semoga papa lekas sembuh sayang?”,**sambil kusandarkan kepalaku di pundak papaku. Papa kemudian membelai rambutku yang panjangnya sebahu ini, dan kemudian menciumi leherku yang jenjang. Sehingga membuat darahkupun berdesir, dan perlahan akupun mulai mendesah.
“ooohhh… paaaa..”
Papa kemudian menggendong tubuhku yang mungil, dan sintal ini ke dalam kamarku, tidak lupa papapun mengunci pintunya. Papa kemudian perlahan tetapi pasti terus mencumbuiku, dan memasukkan lidahnya ke dalam mulutku ini. Akupun membalasnya dengan membelitkan lidahku, sehingga pengecap kamipun saling membelit, tak lupa papapun memberikan sedikit air liurnya.
Sementara itu ajudan papa meremas-remas pantatku, dan tangan kirinya meremas payudaraku. Aku telah berusaha melawan sekuat tenagaku, batinkupun bergolak dahsyat, namun pada hasilnya naluri kewanitaanku meluluh lantakkan kata hatiku ini yang menyampaikan ini dosa.
Lama-kelamaan akupun merasakan suatu rasa lezat yang menjalar di sekujur tubuhku ini, payudarakupun perlahan juga mulai mengeras.
“Pa, papa lepas saja baju susukan yang ratna kenakan ini sayang.” Papakupun menggangguk, dan beliaupun lantas mengarahkan tangan kanannya ke punggungku ini, lalu setelah tangan papa mencapai restleting dasterku ini, papa lantas mulai membuka retsleting daster/baju terusan ku ini perlahan-lahan, dan melemparkannya ke kursi yang ada di seberang kasur.
Papa lalu meraba celana dalam ku, dan mulai menggosok-gosokkan satu jarinya di sana, sehingga vaginaku yang telah mulai lembap sejak papa mencumbuiku tadi, kini semakin bertambah basah lagi. Aku benar-benar terangsang oleh perlakuan yang diberikan papa kepadaku ini. Papa lalu meminta izin kepadaku untuk melepas celana dalam ku, dan akupun mengganggukan kepala, sambil sedikit kuangkat pantatku ini, agar mempermudah papa untuk melepas celana dalam ku.
Aku yang masih merasa aib telanjang di depan papa, secara refleks berupaya kututupi kepingan liang vaginaku ini dengan kedua tanganku, namun papa lalu menepikan tanganku, dan mulai menciumi vaginaku yang telah sungguh basah, dan becek ini.
Papa mulai menjulurkan lidahnya, dan tangannya berupaya menjembeng (membuka ke kiri, dan ke kanan dengan menariknya pada kedua segi yang bertentangan) bibir labia mayora vaginaku ini dan satu jarinya memilin-milin klitorisku.
“Oh sayang, rasanya begitu eennaak nduk, nak, putriku cairan vaginamu ini.” Papa berkata demikian setelah ia final menjilati vaginaku.
Kemudian papa lalu naik ke atas, dan perlahan-lahan membuka kaitan bra ku ini. Sehingga terbebaslah telah payudaraku ini dari kurungannya, dan menjulang ke atas kedua buah putingku ini.
yang mana rata-rata tonjolan (bagian yang menonjol pada puting payudara) dan ukuran puting payudara wanita (pentil) itu lebih ramping (lebih kecil daripada 3/8 inchi (10 mm) atau kira-kira ukuran puting payudara (pentil) wanita itu rata-rata sebesar 7/8 dari butir/biji kelereng yang kecil begitupun dengan ukuran puting payudaraku atau mampu juga digambarkan puting payudaraku (pentilku) ini sebesar jempol bayi tetapi sedikit lebih panjang dengan ujung putingku yang mengacung tegak bagaikan bagian belakang pensil.
Papa lalu mulai mengisap putingku yang sebelah kanansruuppp… sruupp… sssrruupp…, sambil meremas-remas payudaraku ini disekitar tempat areolaku, yang mana pada perempuan sampaumur diameter areola rata-rata ialah 38,1 mm (1,5 inchi) tetapi ukurannya mencapai rentangan hingga 100 mm (4 inchi) atau lebih luas dan berwarna dari merah muda sampai coklat gelap serta melingkar mengelilingi kawasan disekitar puting payudara (pentil).
Areola ini ialah kawasan yang sangat peka dan sensitif terhadapan sentuhan serta rangsangan. Sehingga akupun meracau manakala kurasakan kenikmatan yang hebat akibat dari sentuhan dan rangsangan jari jemari papaku yang konstan nan terus menerus pada kawasan areola pentilku ini.
“Ooohhh… paaa… uuuuhhh… eeennnakkk sayang, mmmmhhhh… paaa… terusskaaann sayang…
Kala mendengar ocehanku ini papapun menjadi makin bergairahdalam meremas, dan menghisap payudaraku. Selang 5 menit lalu papapun beralih pada payudara kiriku, dia tambah bersemangat dalam menghisap
sluuruupp… sruppp… dan meremas payudaraku ini, risikonya akupun semakin mendesah,“ooooohhhh… pppaaaa… terrrruussss sayang… oooohhh paapaa… tetek Ratna ini cuma untuk papa saja sayanggg…”
Saat saya masih dalam keadaan lemas, tiba-tiba ayahku membuka semua pakaiannya, dan memerintahkanku untuk memegang kontolnya.
“Ratna sayang, tolong elus kontol ayah donk, telah lama kontol ayah ini gak dielus, dan diisepin sama mama kamu nduk.”Tentu saja aku terkejut bukan kepalang, ternyata ayah mengganggapku ini selaku mama, alasannya kemiripan tampang kami. Terus terang saya agak mual dikala akan menghisap kontol ayahku, selain alasannya ukurannya yang panjang, dan besar, juga ini ialah pengalaman pertamaku dalam mengisap kontol seorang pria.
sssluuruupp… sluruupp…, dan mengocok kontol papaku ini. Mungkin sebab saking besar, dan panjangnya kontol papa, sampai risikonya kerongkonganku ini terasa sarat oleh kontol papa. Akupun secara refleks memaju mundurkan kepalaku ini, tidak lupa buah pelir papa, serta kepala kontol papakupun kujilati.
Saat saya tengah asyik mengulum kontol papaku, papa tiba-datang memasukkan satu jarinya ke dalam vaginaku ini, dan mulai mengocok-ngocok dinding vaginaku, sehingga membuatku makin cepat dalam mengulum kontol ayahku ini. Selama 3 menit ayah mengocok dinding vaginaku, akupun kian menggelinjang merasakan kenikmatan yang hebat ketika jari-jari ayah menjamah
bab G-spotku (titik grafenberg) yang terletak dua inchi di sebelah atas lubang vaginaku pada bagian depan (anterior) dinding vaginaku yang mengarah ke arah pusar/ke depan dan berbentuk seperti bola kecil akrab dengan urethra atau akses kencingku, tepatnya pada pertengahan antara pembukaan vagina dengan leher rahimku (serviks), yang mana biasanya pada perempuan daerah G-spot (titik grafenberg) itu terletak pada kawasan di tengah antara tulang pinggul dengan leher rahim (serviks).
Setelah beberapa menit lalu, aku sudah hampir hingga untuk kedua kalinya, tiba-tiba keluar cairan putih dari kontol ayah, dan tertelan olehku serta kurasakan rasanya gurih sekali. Setelah itu ayah menjadi lemas, lalu ayahpun mengeluarkan jarinya dari dalam vaginaku ini, sehingga aku merasa nanggung sebab bahwasanya saya sudah nyaris mengalami orgasme yang hebat saat papa memainkan vaginaku dengan jari, lalu disentuhkannya jarinya sempurna pada
bab G-spot (titik grafenberg) di dalam vaginaku ini.
Beberapa ketika lalu setelah staminaku agak pulih alasannya adalah kocokan jari tangan papaku yang terus menerus pada liang vaginaku utamanya di
tempat G-spotku (titik grafenberg) ini yang begitu hebatnya, lalu akupun mengajak papa untuk mandi bareng, namun kulihat papa sudah tidak ada di kamarku ini. Nah, alasannya adalah saya masih merasa sedikit haus, kemudian akupun berjalan ke dapur untuk mengambil minum dengan masih dalam kondisi telanjang bugil tanpa sehelai busanapun. Setelah itu akupun lalu mencari kemana papa tadi?
“Oh ratna papa ingin memilikimu seutuhnya nduk, papa ingin merasakan jepitan vaginamu yang seret itu setiap ketika sayang”, begitulah yang dibilang oleh papaku dalam desahnya. Papa tidak menyadari bahwa di ketika itu saya tengah bangkit tepat di depan pintu kamarnya.
Akupun perlahan-lahan berlangsung memasuki kamar papaku, kemudian duduk disamping papaku yang sedang asyik mengocok kontolnya. Akupun lalu berkata pada papa;
“pa, sini biar ratna saja yang kocokin kontol papa sayang.” Papaku lalu menoleh kepadaku, kemudian bangkit duduk dan membisikkan sesuatu ke telingaku ini; “Nduk, apakah kau mendengar perkataan yang papa ucapkan tadi dikala papa sedang onani sayang?” Lalu akupun menjawab;“iya pa, tadi ratna mendengar dengan terperinci apa yang papa ucapkan dikala papa asyik mengocok kontol papa”. Papapun lalu berkata kepadaku ini;“Nduk, papa sekarang telah jarang mendapatkan belaian dari mamamu ini, memang kadang-kadang papa dan mama masih bekerjasama intim, namun mama lebih sering menolak Nduk.”
Akupun kemudian menyela perkataan papaku;**“hmm… iya pa, lantas apa yang ratna mampu lakukan untuk menolong papa?”**Papakupun dengan nada memelas menjawab pertanyaanku tadi;“papa ingin memperistrimu Nduk, putriku Ratna yang anggun.” “Papa tak ingin ada pria lain selain papa yang menikmati kehangatan tubuhmu, manisnya kedua buah payudaramu, dan jepitan vaginamu yang hangat nan sempit itu. Kamu maukan sayang menjadi istri papa ini?
“Akupun mengangguk, lalu kukatakan;“iya pa, oke ratna mau menjadi istri papa sayang, jujur sejak kejadian dikala ratna papa setubuhi dulu sepulang sekolah itu, ratna senantiasa ingin papa setubuhi lagi sayang. Ratna merasa iri, dan cemburu pada mama ketika ratna mengintip mama juga papa sedang bekerjasama intim.”
Papaku kemudian melanjutkan kata-katanya;“Okay, mulai kini putuskan pacarmu itu, papa akan setubuhi kamu setiap saat, kecuali ketika kamu sedang menstruasi (datang bulan), dan papa akan menghamilimu Nduk serta membuatmu melahirkan anak kita, yang juga buah cinta kita, yang mana itu adalah cucu papa ini. Bagaimana kau bersediakah sayang?”
Akupun merasa terkejut papa berkata mirip itu, namun dalam hati merasa senang. Akupun tersenyum sambil kukatakan;
“iya pa, ratna bersedia sayang, hanya ratna minta papa jangan terlalu sering bersetubuh dengan mama iya pa.” Papaku mengangguk dan mengiyakan permintaanku itu.
Setelah itu papa lalu membaringkanku di sebelahnya, dan mulai menghisap payudaraku, sambil tangan kirinya ditaruh sempurna di cuilan vaginaku yang tembem ini, lalu papapun mulai mengelus elus dan menggosok ke atas serta ke bawah liang vaginaku ini. Akupun merasakan hangat dan mulai mendesah saat papa menghisap payudaraku ini
sruupp sruuppp… slurruuppp begitu bunyi suara yang dikeluarkan dari mulut papa ketika menghisap puting payudaraku, dan tanpa kusadari akupun bersuara
oooohh… sshh… mmmhh… oooh… aaauucchh… Pa… teruss pa hisap pentil susu Nana ini pa, oooh eenaakk pa rasanya, begitu desahku saat aku menikmati hisapan mulut dan sapuan pengecap papa pada puting payudaraku sebelah kiri yang menciptakan darahku ini berdesir, lalu akupun juga memejamkan mataku kadang sampai kutengadahkan kepalaku menikmati permainan pengecap papa pada puting payudaraku yang semakin menegang.
Papa tak lupa juga meremas remas payudaraku sebelah kanan dengan tangan kanannya sehingga membuatku semakin merasa terbang ke awang-awang merasakan buaian kenikmatan yang sungguh tiada taranya ini. Akupun terus mendesah dan mengerang.
“ooowwwhh… eemmmhh pa… teruskaan pa… hisap terus puting payudara Nana ini pa… aaauuucchh… ssshh… Nana milik papa selamanya!”
Sesaat sehabis papa mendengar desahan, rintihan, dan ucapanku ini papa lalu berubah mengenyot pentil payudaraku yang sebelah kanan…
ssruuppp… sssruuppp… srruuppp… sluurruupp… slurruuppp suara sapuan pengecap papaku yang sedang asyik menghisap dan menikmati puting payudaraku yang kanan ini. Akupun kian menggelinjang saat tangan papa diarahkan dan ditaruh tepat diatas pecahan vaginaku yang mulai lembap sambil papa terus menggosok gosok vaginaku ini dengan tangan kirinya, lalu perlahan
bibir labia mayora (bibir luar) liang vaginakupun mulai merekah dan membuka seperti kelopak bunga yang mekar, juga semakin bertambah lembap, sehingga papakupun makin berangasan dalam memainkan vaginaku yang telah lembap kuyup ini. Sesekali disentuhkannya pula jari tangan kirinya itu oleh papaku tepat pada klitoris ku atau itilku yang sudah menegang, mengeras, dan membengkak sebesar biji kacang ini, dan akupun lalu mendesah serta melenguh semakin keras…
“ooowwhhh… aaauucchhh… hhuuhh… sshhh… eemmmh… pa… enak sayang… terus pa… mainin itilku ini suamiku papaku cintaku… oowwhh… mmhh.. sshh… hhuuh… yummy banget gosokan tangan papa di vaginaku ini pa.”; tanpa kusadari aku mengeluarkan kata-kata itu alasannya kurasakan kenikmatan yang begitu enak di vaginaku ini saat papa menggosokkan jarinya di serpihan vaginaku sambil papa mempermainkan vaginaku yang liangnya telah merekah ini dengan jari-jarinya.
Melihatku ini mendesah, dan melenguh ketika vaginaku ini dipermainkan oleh papa dengan jari-jarinya, papapun kemudian datang-tiba menghentikan aksinya dalam memainkan vaginaku dengan jari-jarinya tanpa kusadari. Papakupun lalu menggesekkan kontolnya yang telah menegang optimal itu di sepanjang bibir liang vaginaku yang telah merekah dan juga becek ini.
“ooowwhh… mmmhh… sshh… pa… eenaakk sayang…” Papa tiba-tiba lalu mendorongkan sedikit pantatnya ke depan, dan akupun lantas menyadari apa yang sedang terjadi ketika kepala kontol papaku itu perlahan memasuki liang vaginaku yang telah becek ini kemudian membelahnya perlahan-lahan sehingga terdengar bunyi
sleeb… bless… bless... mengambarkan kontol papaku telah memasuki vaginaku ini sampai mampu kurasakan kontol papaku sudah menerobos masuk ke dalam lubang vaginaku dan mentok hingga ke dalam verbal rahimku ini serta memenuhinya juga mengisi tiap jengkal centi demi centi mili demi mili di dalam vaginaku ini, yang menyebabkan saya sedikit meringis juga menggigit bibirku ini untuk meminimalkan rasa pedih atau perih yang kurasakan saat itu.
Aku merasakan dinding vaginaku ini berdenyut-denyut dan mencengkeram kontol papaku dengan akrab. Akupun berusaha untuk mengimbangi gerakan papaku dalam memaju mundurkan kontolnya dengan sesekali kumiringkan gerakan pantatku ini ke kanan maupun ke kiri biar aku dapat merasakan tusukan demi tusukan, dan tujahan demi tujahan kontol papaku di dalam vaginaku ini, serta saya juga mampu menertibkan ritme denyutan demi denyutan dari dinding vaginaku dalam menjepit sepanjang kepala kontol hingga batang kontol papaku yang panjang nan besar itu.
Aku sungguh-sungguh menikmati setiap tusukan juga tujahan dari batang penis papaku yang terus menerus secara konstan menggesek otot-otot di sepanjang dinding dalam vaginaku ini yang terus berdenyut mencengkeram batang penis papaku yang besar nan panjang seirama dengan setiap ayunan putaran dari pantatku ini, yang mana kadangkala pelan dan kadangkala juga cepat.
titik G-spot (titik grafenberg) vaginaku yang terletak dua inchi di bab atas vaginaku ini sehingga akupun semakin melenguh.. dan mendesah;
“Oowwhh… mmmhh… aaauucchh… hhuuhhffhh… sshhh… lezat banget vaginaku ini… mmhh… duh pa, papa apain siech vaginaku ini?… hingga aq betul-betul mencicipi keenakan yang hebat. Pa, ooowhh sayang, kontol papa luar biasa sayang menyanggupi seluruh rongga di dalam vaginaku ini, sshhh… nikmat banget pa sodokan kontol papa, eemmhh terus pa, ratna rela papa entoti terus pa sampai kapanpun sayang”
rintihku juga ocehanku yang keluar dari mulutku ini tanpa kusadari ketika saya merasakan kenikmatan yang hebat ini.
Papa makin bersemangat dalam menyetubuhiku saat papa mendengar semua yang kuucapkan tanpa kusadari tadi saat aku sedang mengoceh dan mendesah merasakan kenikmatan vaginaku ini yang sedang dientoti oleh kontol papa juga kedua buah payudaraku yang papa remas-remas pelan namun konstan atau terorganisir dan berirama ketika payudaraku ini bergoyang-goyang seiring dengan tumbukan demi tumbukan kedua kelamin kami yang beradu sehingga mengakibatkan bunyi yang gemericik mirip bunyi bawah umur yang sedang bermain air dikala vaginaku ini makin becek dengan cairan kewanitaanku yang banjir sehingga memudahkan penetrasi kontol papa semakin dalam menujah nan menusuk liang vaginaku ini.
Papa lalu memujiku disela-sela persetubuhan kami ini;“Na, kamu sungguh mahir, dan hebat Nduk, vaginamu betul-betul sempit sayang, oowh kontol papa terasa hangat dan nikmat sayang, sungguh lezat cintaku jepitan vaginamu itu, papa akan mengentotimu terus tak kan papa biarkan ada pria lain yang menggaulimu sayang”.
Hmm, payudaramu juga kenyal, dan besar lagi empuk sayang, papa suka semua yang ada pada dirimu putriku. Papa rasa papa telah jatuh cinta kepadamu bidadari kecilku, papa akan menikahimu, dan memperistrimu sayang.
Akupun kemudian mengajukan pertanyaan terhadap papa disela-sela papa berbicara, “Pa, bagaimana kondisi papa kini? Apakah papa sudah baikan suamiku sayang?” Papa tak langsung menjawab, malah papa semakin asyik dalam memilin milin juga memelintir puting payudaraku yang membuatku semakin mencicipi hangat serta geli yang teramat sangat serasa tubuhku ini bergetar mirip dialiri oleh pedoman listrik yang begitu besar nan intens. Beberapa dikala lalu aku mencicipi bahwa puncak orgasmeku ini sudah hampir terjadi, dan memang benar tak lama sehabis itu
surr… surrr… srr… srrr… surrr… srrr vaginakupun menyemprotkan cairan kewanitaan yang berwarna bening dan agak sedikit putih susu yang sungguh banyak hingga memancar sampai ke kasur juga tembok yang diistilahkan sebagai squirt beberapa kali kira-kira 3-4 kali sambil aku mendesah juga sedikit berteriak ;
“Oh Ya Allah sshh… mmmhh… eemmhh… ooohh… ssshh… oooh pa… aku keluar sayang… Oh pa… saya belum pernah orgasme seenak dan senikmat ini sebelumnya pa… sshh… emmmhh… aku puas banget pa… papa betul-betul andal sayang…”
Akupun menjadi lemas setelah mengalami orgasme yang dahsyat ini, namun papaku masih belum juga mencapai klimaksnya.
Papa masih asyik menggenjot dan menyodok liang vaginaku yang kini makin licin sehingga akupun bertambah kelojotan, juga kian menggelinjang dikala kontol papa menyelusuri serta menggesek centi demi centi dinding vaginaku yang mencengkeram kontol papa semakin besar lengan berkuasa seirama dengan tusukan kontol papa yang semakin dalam hingga menjamah mulut rahim atau serviksku ini.
… croot… croott… croott… crooot… crooott… tetapi tak semua sperma papa tertampung di dalam rahimku ini, bahkan sebagian sperma papa keluar meleleh ke lipatan paha serta selangkanganku ini dan kini mampu kurasakan liang vaginaku ini kian basah nan lengket sebagai akhir dari percampuran dari cairan kewanitaanku ini dengan sperma papa.
Papa kemudian memujiku dan mengatakan padaku;“Ratna sayang anakku, istriku, kamu betul-betul jago sayang, kau luar biasa Nduk menawarkan servis terhadap papa serasa papa mengalami malam pengantin kedua sayang”,
sambil papa menuntunku ke kamar mandi, dan tangan papa mengambil tissue untuk membersihkan cairan cinta kami berdua ini. Ngocoks.com
Akupun kemudian berkata pada papa;“Pa, saya mencintaimu sayang, semenjak pertama kali aku papa setubuhi, aku jadi ketagihan kontol papa sayang, papa sungguh-sungguh laki-laki gagah juga jantan sayang, Ratna gembira dech papa pilih menjadi pengganti mama sayang”.
Di dalam kamar mandi papa lalu membersihkan kontolnya dengan sabun mandi sambil mengocok-kocok kontolnya di hadapanku sampai kontol papa kembali menegang, namun semua sperma, dan cairan cinta kami yang tadi melekat di sepanjang kepala hingga batang penis papa kini telah menghilang berubah dengan amis sabun yang harum, kemudian papa menyirami kontolnya dengan air sehingga busa sabun yang menempel di kontol papa ikut luntur seirama dengan guyuran air pada kontol papa.
Begitupun yang kulakukan, sesampainya di kamar mandi, aku kemudian menyiram liang vaginaku yang masih merekah juga basah, dan becek dengan genangan sperma papa yang bercampur dengan cairan kewanitaanku ini sehingga menjadi teramat sangat lengket, lantas saya mengambil sabun mandi untuk menetralisir lengket yang ada pada vaginaku dan juga selangkanganku ini, kemudian aku mulai menyabuni tempat di sekeliling cuilan vagina hingga selangkanganku ini hingga higienis lalu akupun membilasnya dengan air.
“oowwh… mmmhh… sshh…” saat jari-jariku ini menyentuh bab klitoris pada vaginaku ini. Akupun kemudian mengambil air dengan gayung dan membilas vaginaku ini sebanyak 3x bilasan air, sehingga kini vaginaku menjadi bersih nan keset begitu pula dengan area selangkanganku yang bersih lagi anyir.
Selama saya membersihkan diriku tadi ternyata tanpa kusadari papa sudah beranjak dari kamar mandi, dan menungguku di ruang televisi sambil duduk bagus menonton program televisi.
Bersambung…
Beberapa ketika kemudian setelah aku selesai membersihkan diri, akupun kemudian keluar dari kamar mandi, dan menaiki tangga untuk mengambil kain handuk yang kemudian kulilitkan menutupi selangkanganku ini. Kemudian kulangkahkan kakiku ini menuju kamar tidurku, saat saya melewati ruang tengah kulihat papaku sedang serius menikmati acara yang ditayangkan oleh televisi.
Papaku telah kembali berpakaian, papa mengenakan kaos, dan celana pendek. Aku melalui papaku begitu saja, lalu sesampainya di kamar aku mulai mengeringkan selangkangan, juga cuilan vaginaku ini dengan kain handuk, yang mana dikala keluar dari kamar mandi tadi sampai hingga di dalam kamarku, aku masih dalam keadaan telanjang bugil hanya selembar handuk sajalah yang menutupi tubuh telanjangku ini.
Setelah selesai mengeringkan selangkangan, dan cuilan vaginaku ini akupun lantas keluar kamar, saya berencana untuk mengambil pakaianku yang ada di lemari busana yang terletak di ruang tengah bersahabat dengan tempat papaku duduk menonton televisi. Aku sengaja menggoda papaku dengan tidak berpakaian atau dengan kata lain aku masih dalam kondisi telanjang saat saya keluar dari kamarku tadi.
Akupun lalu berlangsung menghampiri papaku yang masih asyik menonton televisi, lantas kutepuk bahunya, tak lupa akupun tersenyum elok pada papaku, dan kulirik jam yang terletak di atas meja disebelah televisi ternyata saat itu waktu telah menawarkan pukul 07.45 w. b, tak terasa ternyata kami berdua tadi berafiliasi intim nyaris sejam.
Kemudian aku memeluk papaku dari belakang sambil kutempelkan payudaraku yang molek ini tepat pada punggung papaku, sesekali kugoyangkan kedua buah payudaraku yang menggantung ini yang kira-kira besarnya sebesar buah jeruk bali sampai pentilku yang berskala sebesar jempol bayi tetapi sedikit lebih panjang atau lebih tepatnya seukuran biji kacang tanah atau 7/8 dari biji/butir kelereng kecil ini pun menegang, juga mengacung ke atas seirama dengan goyangan serta goresan payudaraku ini pada punggung papaku.
Papa yang sedang asyik menonton televisipun saat itu juga konsentrasinya hilang dari menikmati program televisi balasan perlakuan dariku ini putri kandungnya yang sedang asyik kugesekkan kedua buah payudaraku ini pada punggungnya. Papaku kemudian menanggapi perlakuanku ini dengan lantas papa membalikkan badannya, dan mulai menjamah payudaraku dengan jari jemarinya serta memijat kedua buah payudaraku tepat di tempat sekitar areolaku yang sensitif ini, lalu papaku perlahan-lahan mendekatkan mulutnya pada puting payudaraku (pentilku) ini, kemudian papapun mulai menjilati pentilku mirip bayi yang menetek pada ibunya.
srruuppp… sruuppp… sluuruupp… sruupp... dihisapnya dengan perlahan pentil payudara kiriku, sambil sesekali disapukannya lidahnya pada kawasan areolaku yang berwarna coklat agak gelap ini, sementara tangan kiri papa sibuk meremas dan memijat buah dadaku yang kanan.
Akupun turut menolong gerakan ekspresi papa dalam menghisap, juga mengenyoti pentil payudara kiriku ini dengan kuletakkan tangan kiriku sempurna pada bagian bawah mangkok buah dada kiriku ini semoga payudaraku ini tidak bergoyang naik turun ketika papa menghisap puting payudaraku, sehingga saya mampu menikmati setiap jilatan dan sapuan lidah papa pada pentilku yang kiri yang kurasakan makin mengacung tegak seirama dengan sapuan demi sapuan juga jilatan demi jilatan lidah papaku pada pentil payudaraku hingga bab areolanyapun tak luput dari jilatan juga sapuan pengecap papaku.
Aku yang tadi berdiri ketika papa baru saja mulai memijat dan meremas kedua buah dadaku kemudian menghisap juga menjilati pentil payudara kiriku hingga daerah areola disekitarnya, serta tangan kiri papa tengah sibuk meremas sambil memijati payudara kananku ini, kini aku telah duduk di lantai sambil kusandarkan bahuku ini di tembok, gerakan ini kulakukan tanpa kusadari alasannya aku merasakan suatu getaran hangat yang menjalari seluruh tubuhku yang menjadikan lututku ini tidak berpengaruh untuk menahan beban tubuhku ini, sehingga secara reflek gerakan lututku perlahan-lahan merosot kebawah, dan mengakibatkan saya menjadi duduk di lantai.
Beberapa ketika lalu saya menceracau dan kukeluarkan kata-kata yang sedikit vulgar manakala kurasakan getaran-getaran hangat kian sering nan intens menyelimuti tubuhku ini, selaku akibat dari jilatan juga hisapan pengecap papaku pada pentil kiriku ini, diikuti dengan pijitan berikut remasan tangan kiri papa pada buah dadaku yang kanan akupun kemudian berkata; “sshh… ohh… mmmhh… ooohh… sshh… aaahh… eemhhh… sshh… ooohh… Pa teruus sayang jilat terus pentil tetekku ini, ooowwhh papa cendekia banget sayang dalam mengenyoti pentilku ini sayang, eeenaakk banget rasanya pa jilatan papa di pentilku ini, mmmhh… teruuss pa… kenyot terus pentilku ini…
“begitulah yang kuucapkan manakala aku tak bisa lagi dalam menahan nikmatnya setiap sapuan juga hisapan pengecap papa pada pentil payudara kiriku ini.
Selang 10 menit lalu sesudah papaku puas dalam menghisap, menjilati, dan mengenyoti pentil payudara kiriku ini, papaku kemudian membaringkanku di lantai, lalu papa mendekatkan mulutnya pada puting payudara kananku (pentil) lantas papa mulai menjulurkan lidahnya, dan perlahan-lahan disapukannya dengan lembut lidahnya
sluruupp… sruupp… srruupp… pada pentilku yang telah mengacung tegak sambil ajun papa memijiti payudaraku yang kiri, sementara tangan kiri papa terus memijiti tempat areola buah dadaku yang kanan ini serta papa juga kian intens dalam menjilati puting payudara kananku ini, sehingga dapat kurasakan rasa nikmat yang hebat selaku balasan dari rangsangan beserta perlakuan papa pada kedua buah dadaku yang sebesar jeruk bali ini.
Papa semakin lahap dalam mengenyoti, menghisap, dan menjilati pentil payudara kananku, bahkan papa sengaja berlama-lama menjilati tempat areola payudaraku yang sungguh sensitif ini, dan aku hanya dapat memejamkan mata menikmati setiap jilatan pengecap papa pada pentil payudara kananku ini, juga pijitan serta remasan asisten papa pada payudara kiriku.
“ooohh… pa… sakit sayang… jangan digigit donk pa pentilku ini, sakit rasanya pa… aaauucchh… aauuchh… oohh…”.
Papaku lalu menghentikan gigitannya pada puting payudara (pentil) kananku ini, dan dijilatinya lagi pentilku ini dengan lembut, sambil sesekali tangan papa memijiti juga mengelus kawasan areola payudaraku ini dengan perlahan-lahan, namun hal ini justru semakin membakar, dan menciptakan gairah birahiku menjadi kian menyala-nyala.
“eemmmhh… mmmhh… ooohh… ssshh… pa… yummy sayang, papa mahir dan lihai banget dech dalam mengenyoti pentil tetek Nana ini, sshh… lezat banget sayangku… teruss pa… hisap yang besar lengan berkuasa pentil tetekku ini pa… Ratna cinta papa… aaauucchhh”.
Setelah sekitar 5 menit papa mengenyoti pentil payudara kananku juga menjilati serta menghisapnya papapun merasa puas, dan lalu dihentikannya aksinya dalam menjilati pentil payudara kananku ini. Papa kemudian berkata kepadaku.
“oh… Nduk, buah dadamu betul-betul yummy, dan anggun rasanya sayang… jauh lebih nikmat daripada susu mamamu sayang, papa sungguh-sungguh menyukai tetekmu itu putriku yang bagus…”.
Akupun lalu menimpali perkataan papaku tadi, lantas kukatakan, “kenapa tadi papa koq menggigit pentil tetekku ini kalau papa memang menyukainya, dan ingin terus mengenyoti, juga menghisapnya setiap ketika sayang?,” kan saya merasakan sakit lho pa, kalau pentilku ini papa gigit-gigit kecil seperti tadi ujarku sambil merajuk pada papaku, namun tangan kiriku juga mulai kumasukkan ke dalam celana pendek papaku, dan dapat kurasakan ternyata papa tak menggunakan celana dalam.
Papa kemudian menjawab ucapanku tadi, dan papa berkata;“iya sayang, putriku yang manis ma’afkan papa iya Ma, karena papa tadi gemas banget dengan pentil tetekmu itu Nduk, jadi papa agak sedikit jahil dengan papa gigit pentilmu itu supaya kau makin keenakan, eh ternyata papa terlalu keras dalam menggigit pentil tetekmu tadi, sehingga kamu sampai menjerit kesakitan sayang.
“Akupun lalu menimpali perkataan papa tadi;“hu’um pa, papa sudah kuma’afkan koq sayang, namun lain kali jangan diulangi iya Pa.” “Papa boleh mengenyoti dan menghisap pentil tetekku ini setiap saat sayang, cuma saja ketika papa menetek papa harus lebih lembut ketika menghisap, dan mengenyoti pentilku ini sayang, papaku, suamiku!”
Kemudian papapun menganggukkan kepalanya, dan papa lantas menjawab perkataanku ini sambil tangan papa membelai-belai rambutku yang panjang sebahu ini, papa berkata;
“iya Nduk, lain kali papa akan lebih lembut ketika menghisap juga mengenyoti pentil tetekmu itu sayang.” Nah sekarang, ayo kita lanjutkan lagi sayang persetubuhan kita ini di kamarmu Nduk, papa akan buat kamu hamil dan melahirkan anak kita yang juga sekaligus cucu papa ini sayang.”
Aku tak berkata apa-apa, namun dalam hati jujur saya sangat bahagia mendengar perkataan papa tadi, iya sejak dikala ini saya adalah istri papa. Saat papa tadi memanggilku dengan panggilan mama, ketika itulah saya terjaga, bahwa aku kini bukan semata anak kandung papa, melainkan saya sekarang yaitu istri papa, sesosok wanita yang spesial bagi papa, dan kelak akupun akan melahirkan buah cinta kami berdua.
Oh Tuhan, apa yang telah kulakukan, dan dosa apakah diriku ini sehingga sekarang saya bersuamikan ayah kandungku sendiri, papaku tersayang?? begitulah pertanyaan yang menggelayut, dan terlintas di benak pikiranku saat itu, ditambah lagi bunyi hati nuraniku yang menyampaikan ini adalah salah.
Akan namun, ternyata diriku yang kini sudah dikuasai oleh dorongan serta bisikan dari dewi cinta birahi, bisa meluluh lantakkan kata hati nuraniku ini, juga menetralisir keraguan yang sempat terlintas, dan menggelayuti benak pikiranku barusan, malah tangan kiriku yang ada di dalam celana pendek papaku sekarang kugerakkan menjamah penis papaku, dan mulai kugenggam batang penis papaku yang masih sedikit tegang ini serta kukocok-kocok pelan penis papaku ini dari batang penis sampai kepala penis papaku sambil aku pijit secara perlahan-lahan sempurna di bab kepala penisnya, sehingga perlahan-lahan penis papakupun menegang, dan meraih ereksi optimal.
Papa lalu membangunkanku, dan diulurkannya tangan kiri papa mengenggam jari-jemari tangan kananku ini, impulsif akupun dikala itu secepatnya langsung mengeluarkan tangan kiriku ini dari dalam celana pendek papaku, serta kubiarkan saja kontol papaku yang telah meraih ereksi optimal, lantas sesudah kukeluarkan tangan kiriku itu dari dalam celana pendek papa, kemudian papa lalu mengulurkan tangan kanannya dan digenggamnya jari-jemari tangan kiriku ini, lantas papa mulai menawan kedua tanganku hingga akupun terbangun, dan terduduk di lantai.
Sesampainya di kamarku kemudian kami berduapun duduk di tepi kasur ranjang kawasan tidurku. Aku masih tetap melongo alasannya adalah walaupun tadi aku telah terjaga dikala papa memanggilku tadi, akan tetapi dikala itu di dalam pikiran pikiranku masih merasa bersalah, dan terjadi pergolakan yang teramat sangat dahsyat.
Akan namun akupun balasannya menuruti naluri kewanitaanku ini, dan sudah kuputuskan untuk menjadi istri papaku ini selamanya, dan menerima papa, yang notabene ialah ayah kandungku ini menjadi suamiku.
Aku juga rela kelak mengandung buah cinta kami, yang mana itu adalah anakku, dan juga adikku, karena aku memang mencintai papaku, dan saya tak mampu hidup tanpa papaku ini, iya aku telah ketagihan bersetubuh dengan papaku, ayah kandungku sendiri, tak kupedulikan apa kata orang lain, dan dalam hati saya meminta ma’af pada mamaku ini karena saya sudah merebut suaminya, hatiku berkata dan berbisik;
“ma’afkan saya ma, aku memang anak yang durhaka, dan tak tahu diri!” “Aku telah mama besarkan dan mama ajar sejak dari kecil dengan penuh kasih sayang, tetapi apa yang kuberikan pada mama? Aku sudah merebut suami mama, yang mana itu ialah papaku sendiri…”
“Mamaku sayang, ma’afkan putrimu ini ma, saya tak kuasa melawan dorongan nafsu birahiku ini ma, izinkan saya menikah juga memiliki papa selamanya iya ma, aku tak bisa juga tak sanggup hidup tanpa papa, ma…”
“Aku menyayangi papa ma, meskipun kutahu rasa cintaku pada papa ini sungguh tak wajar, namun kuingin tetap bersamanya, sebab aku mencintai papa setulus hatiku juga semurni cintaku ini…”
“Mama pasti harapkan putrimu ini senang mamaku sayang?” karena aku tahu niscaya mama mengharapkan kebahagiaanku setiap ketika di dalam kehidupanku ini!” dikala itu paras mama yang cantik terlintas di benakku ini, tak terasa air matakupun berlinang membasahi kedua pipiku ini, tanpa kusadari saya menangis, alasannya adalah aku telah mengkhianati mamaku ini.
Akupun lalu terjaga dari lamunanku ini ketika kudengar bunyi papa yang ada di hadapanku ini memanggilku, dan papa mengajukan pertanyaan kepadaku sambil kedua tangannya menyeka air mata yang menetes membasahi kedua pipiku ini;
“Nduk, kenapa kamu menangis putriku sayang, Nana yang manis?” Aku tak secepatnya menjawab, dan kucoba sedikit menenangkan diriku ini… alasannya saat aku teringat akan mamaku barusan… tangan kiriku ini tetap aktif dalam membelai, mengocok, dan memijit penis papaku yang tanpa kusadari kini telah menegang maksimal, bahkan sedikit nongol, dan keluar dari celana pendek yang papaku pakai itu.
“oh nggak… aku nggak apa-apa koq papaku sayang, hanya saja saya merasa bersalah pada mama.. Pa!” Papaku kemudian menjawab perkataanku ini; “Mengapakah kamu koq merasa bersalah pada mamamu sayang?” demikianlah yang ditanyakan papa kepadaku ini, akupun lantas menjawab pertanyaan papaku itu, dan lalu kukatakan;
“iya pa, aku merasa bersalah pada mama, alasannya adalah saya sudah mengkhianati kasih sayang yang telah mama berikan kepadaku ini.. pa.” “Aku merasa diriku ini hina, salah, dan dosa besar pa, saya ini hanya perempuan rendahan perebut suami orang, alasannya adalah aku sudah merebut papa, yang mana papa ialah suami mama yang sah, dan malah papa yang notabene adalah ayah kandungku sendiripun saya jadikan suamiku pa!”
“Papa sendiri paham apa yang kamu rasakan saat ini Nduk, sudahlah kini kamu tenangkan dirimu itu sayang, papa yakin pasti mamamu akan mema’afkan tindakan yang kita kerjakan ini sayang, alasannya adalah papa tahu niscaya mamamu itu sungguh menyayangimu Nduk”, demikianlah yang dibilang oleh papaku ini kepadaku untuk menghibur diriku ini yang tengah galau gulana.
Sesaat sesudah kudengarkan perkataan dan pernyataan yang keluar dari verbal papaku itu, akupun kini menjadi sedikit tenang, lantas akupun mengajukan pertanyaan pada papaku;
“Pa, papa harus akad jangan pernah meninggalkan diriku ini iya pa, sekalipun suatu ketika mama memergoki kita berdua sedang asyik ngentot, papa mesti membantuku menerangkan pada mama mengapa kita berdua sampai melakukan persetubuhan yang tabu nan terlarang ini iya pa!”
Papa kemudian menimpali perkataanku ini, dan papa berkata;“iya sayang, kau jangan khawatir istriku yang manis, nanti papa akan membantumu menjelaskan pada mama, yang juga adalah mama mertua papa ini mengapa kita berdua hingga melakukan persetubuhan yang terlarang ini Ratna sayang, cintaku, putriku yang elok dikala kita berdua kepergok mama sedang asyik ngentot sayang!
Nah kini kamu jangan khawatir sayang, senyum donk Nana sayang putriku yang anggun. Akupun lalu perlahan tersenyum, dan kemudian akupun berkata pada papa;
“ih… papa sayang bisa saja dech ngerayu Nana ini, kan Nana jadi aib lho pa… !” sambil aku agak tersipu aib ketika berkata seperti itu. Papapun lalu menjawab perkataanku ini;
“Lho… memang benar kan kau manis Nduk, wajahmu itu sepintas mirip dengan artis Ita Purnamasari sayang, meskipun menurut papa siech jauh lebih elok kau sayang, dengan beberapa buah tahi lalat dibawah dagu sebelah kirimu itu kian memperbesar kecantikan dan kemanisanmu sayang…”
tuh pipimu memerah mama Nana sayang, kamu jadi makin manis dech jikalau begitu puji papaku mengenai kecantikanku ini. Akupun tak ingin kalah dari papaku dalam memuji, akupun juga memuji ketampanan papa, lantas kukatakan;
“iya donk… aku anggun kan menurun dari keayuan mama yang sepintas seperti dengan artis Paramitha Rusady, dan papa yang ganteng yang sepintas seperti dengan penyanyi, dan pencipta lagu Obbie Messakh pa… meskipun mesti kuakui papa cuma sedikit lebih ganteng dari Obbie Messakh pa…”
“Hu.. putriku yang cantik ini ternyata sudah berakal ngegombali papanya iya, awas nanti kamu papa buat kewalahan sayang dikala papa ngentoti kau dalam waktu dekat, papa akan buat kamu menyerah kalah, dan mengakui kejantanan juga ketangguhan papa ini sayang…” demikian yang papa ucapkan menjawab perkataanku tadi.
Akupun tak ingin kalah dan kujawab tantangan papa itu dengan kukatakan; “hmm… ayo… siapa takut pa… silahkan kita buktikan saja siapa yang lebih lama keluarnya ketika kita ngentot dalam waktu dekat pa.. aku akan buat papa kelojotan dan mengalah kalah serta mengakui kehebatanku ini dalam memanjakan nafsu birahi papa… sehingga terbukti keunggulanku ini sebagai seorang wanita yang mampu memuaskan dan menaklukkan papa di ranjang, juga papa tak mampu berpaling ke pelukan wanita lain sayang…
Papa lalu menjawab pernyataanku ini dan papa kemudian berkata; “setuju, ayo kita buktikan sayang, siapa yang lebih hebat, dan ahli dalam ngentot sayang, kamu memang sungguh seperti mamamu Nduk, sifatmu tidak inginkalah dalam segala hal, apalagi untuk masalah ranjang sayang.” “Papa mesti mengakui untuk yang satu ini kamu telah menaklukkan papa, dan membuat papa jatuh cinta kepadamu, juga papa telah jatuh terlalu dalam di pelukanmu itu, papa tak mampu berpaling hati ke wanita lain sayang”.
Akupun seakan mencicipi tertegun, dan terharu mendengar kata-kata papaku yang barusan terucap dari mulutnya, kemudian kukatakan; “huuhh… papaku ini memang ahli ngegombalin wanita dech, pantas saja mama, dan juga aku termakan rayuan gombal papa, sehingga kami berdua sungguh-sungguh jatuh ke pelukan papa, dan tak bisa hidup tanpa papa sayang.” “Baiklah pa, sekarang kita mulai persetubuhan kita iya pa, Ratna telah nggak tahan sayang mencicipi tusukan kontol papa di dalam memek Nana ini pa”
demikian kuucapkan untuk mengakhiri dialogku dengan papaku yang sudah berlangsung hampir 15 menit tadi, sebab kurasakan cuilan liang vaginaku ini sudah mulai lembap, dan berair begitupun bibir labia mayora vaginaku ini yang sudah mulai merekah dan mekar mirip kelopak bunga, demikian pula dengan lubang pembukaan vaginaku ini yang berbentuk setengah bulat yang lubangnya berukuran sedikit lebih besar dari lubang cincin, yang sudah agak berlendir.
Aku lantas menurunkan celana pendek papa sebelum papa memerintahku untuk menurunkan celana pendek yang dikenakannya sambil tangan kiriku ini tetap memijit dan mengocok batang penis papa sampai kepala penisnya perlahan-lahan. Kuletakkan tangan kananku di karet celana pendek papaku ini, dan perlahan saya pelorotkan celana pendek papaku hingga sebatas lutut, lalu selanjutnya saya berkata pada papa; “Pa, tolong papa lepas sendiri iya pa celana pendek papa itu, kan Ratna sudah bantu papa dengan Nana pelorotin celana pendek papa sampai lutut lho pa.”
Saat papa mendengar perkataanku itu dalam sekejap papaku kemudian berdiri disamping ranjang kemudian papaku lantas memelorotkan celana pendeknya, dan meletakannya di segi ranjang. Papa kemudian mulai membuka kaosnya, dan ternyata papa tak memakai kaos dalam, serta dalam sekejap kaos itupun dilemparkannya ke segi ranjang lainnya, sehingga dalam sekejap kilat tak sampai 2 menit papakupun sudah telanjang bugil sama sepertiku ini.
“Nah sekarang papa sudah siap mengentotimu, dan membuatmu hamil sayang, kemudian papa memintaku untuk berbaring di kasur, kemudian papa berkata; “sini sayang, ayo berbaring agak ke tengah donk Nduk, biar papa gampang dalam memainkan vaginamu itu sayang!”
Segera kululuskan usul papaku itu, dan lantas kubaringkan kepalaku ini di atas bantal yang berada sempurna di tengah-tengah kasur daerah tidurku ini, kemudian perlahan-lahan kurebahkan badanku di atas ranjang kasur tempat tidurku, sambil aku kangkangkan lebar-lebar kedua pahaku ini, lalu kukatakan pada papaku;
“Pa, ayo mainkan vaginaku ini kini suamiku sayang, saya telah siap pa!” Papa lantas beringsut menggerakkan pantatnya mendekati kawasan selangkanganku ini sehabis papa mendengar apa yang baru saja kuucapkan, lalu papa mendekatkan wajahnya tepat di depan bagian liang vaginaku ini, lalu papa mencium cuilan vaginaku ini yang mana bibir labia mayora vaginaku ketika itu sudah agak bengkak, dan merekah
… cup… cupp… cuppp… mmmuuaaacchh… mmmuuaaacchh… bunyi kecupan bibir papaku dikala papa mengecup juga mencium belahan vaginaku ini. Ngocoks.com
Tidak cukup sampai disini saja agresi papaku dalam memainkan vaginaku, sesudah tamat mengecup dan mencium vaginaku ini, papa kemudian meletakkan kedua tangannya di masing-masing segi kanan dan kiri dari bibir labia mayora vaginaku yang telah jerawat dan merekah ini sehingga terlihatlah sedikit oleh papaku ini daging bibir labia minora vaginaku yang berwarna merah muda yang telah berair bahkan condong becek ini,
namun papa tak puas hanya mampu melihat sedikit daging bibir labia minora vaginaku ini lantas kedua tangan papa tadi digerakkan menjembeng (mempesona ke kanan dan ke kiri) kedua segi bibir labia mayora vaginaku ini, sehingga kini bibir labia mayora vaginaku merekah dan membuka makin lebar akhir dari kedua segi bibir labia mayora vaginaku yang dijembeng oleh kedua tangan papaku itu.
slurruupp… sluruupp… sruuppp… dimulai dari kawasan mons pubis (gundukan) vaginaku yang terletak tepat di bagian atas bibir labia mayora vaginaku yang paling atas berupa seperti segitiga dan dibawah rambut kemaluan (pubic hair) atau jembutku ini, kemudian perlahan-lahan jilatan pengecap papaku turun sampai mampu kurasakan kini sapuan pengecap papaku sudah berada tepat pada bagian klitoris atau kelentit (itil) vaginaku yang telah menegang juga sedikit membesar ini.
yang mana ukuran klitoris pada perempuan wajar berukuran panjang 4-5 mm dan lebar 3-4 mm meskipun pada setiap wanita memiliki ukuran klitoris yang berbeda-beda tergantung aspek genetiknya, serta kadar androgen dalam darah, sebab peningkatan kadar androgen dalam darah mampu memajukan ukuran besar klitoris, yang mana pada bagian batang (tubuh) klitoris ini terlindung oleh jaringan dari labia minora yang berbentuk tudung (selubung) dan diistilahkan dengan “clitoral hood” yang berfungsi mirip dengan kulup pada penis.
Papaku menjilati kepala klitorisku yang sudah menegang ini perlahan-lahan sampai bab bawah permukaan kepala klitorisku yang diistilahkan dengan “frenulum clitoridis” pun tak luput dari jilatan lidah papa sehingga akupun mencicipi sebuah sensasi kenikmatan yang tiada tara sebab jilatan pengecap papa tepat perihal saraf-saraf sensitif yang terdapat pada klitorisku ini.
Akupun mencicipi suatu rangsangan yang hebat manakala jilatan lidah papa pada klitorisku makin cepat, dan kerap kali papaku juga agak jahil dengan meletakkan jari telunjuk tangan kanannya pada bab batang (tubuh) klitorisku yang menonjol keluar dari tulang kemaluanku ini yang dapat dilihat oleh mata serta disentuh dengan tangan itu, sesekali papaku bukan hanya menyentuh bab batang (badan) klitorisku ini, malah papa juga memilin-milin dan menggosok ke atas juga ke bawah batang (tubuh) klitorisku.
Akupun lantas mendesah dan meracau merasakan rasa geli akibat pilinan jari telunjuk tangan kanan papa pada bagian batang (tubuh) klitorisku ini, tetapi juga kurasakan sungguh-sungguh lezat jilatan lidah papa di sepanjang permukaan kepala klitorisku sampai bagian bawah permukaan kepala klitorisku yang diistilahkan dengan
“frenulum clitoridis” kemudian kukatakan;“ooohh… pa… eenaakk banget sayang, eemmhh… gelii pa… sshh… hhh… teruss pa… papa jilatin terus tonjolan kepala itil Nana ini pa… nikmatt banget sayang.. Pa, jangan berhenti pa, terusin pa pilin-pilin batang (tubuh) itil mama ini pa… mmmhh… aaauucchh… pa…”
Papaku makin bergairahdalam menjilati kepala klitorisku juga memilin dan menggosok bab batang (tubuh) klitorisku ini sehingga akupun makin menggelinjang juga menggeliat merasakan kenikmatan yang terus menerus pada klitoris (itil) ku.
Setelah dirasa puas, papa lalu meneruskan jilatan lidahnya di sepanjang daging labia minora vaginaku (bibir vagina dalam) yang kurasakan telah mulai agak berair dikarenakan gairah kewanitaanku yang terus meningkat naik sebagai balasan dorongan nafsu birahiku ini.
… sruupp… sruuppp… sluruupp… sruupp… sruupp… suara sapuan lidah papa pada daging labia mayora vaginaku ini, sesekali papa bahkan juga menjilati lubang kencingku, sehingga mengakibatkan rangsangan pada urethra (terusan kencingku) ini dan akupun jadi kebelet pipis (buang air kecil).
Aku yang semakin tak tahan, tanpa sengaja akupun terkencing, dan kukeluarkan sedikit air seniku (air kencingku) dari lubang kencingku ini**… surrr… surrr… ssurrr…**yang perihal lisan juga permukaan bawah hidung papaku, tentu saja papa ketika itu juga menghentikan jilatan lidahnya pada dinding labia minora vaginaku ini.
Papa lalu keluar kamarku dan menuju kamar mandi untuk membersihkan air kencingku yang terjilat lidahnya juga membasahi mulut dan permukaan bawah hidungnya.
Papa berkumur-kumur kemudian menggosok giginya, lantas papa menyabuni parasnya tergolong juga verbal sampai dengan permukaan bawah hidungnya yang terkena sedikit percikan air kencingku tadi, lalu papa berlangsung kembali ke kamarku sambil menenteng gayung yang berisi air, dan juga kain lap kering.
“lho papa kenapa koq ke kamar sambil menjinjing gayung dan lap segala? Oh mungkin papa mau mencebokiku, dan membersihkan vaginaku ini, atau mungkinkah papa mau menjajal permainan baru?” Demikian pertanyaan yang timbul di dalam hatiku ketika itu.
Bersambung…
Nah sesampainya di kamarku, papa kemudian menghampiriku, dan duduk di pinggir ranjang lantas papaku mencelupkan sedikit ujung kain lap yang dibawanya ke dalam gayung yang berisi air itu dan membasahinya, lalu papa kemudian meletakkan ujung kain lap yang basah itu sempurna di atas belahan liang vaginaku yang masih merekah juga basah ini.
Papa kemudian menyeka dan mengusapkan ujung kain lap yang basah itu ke sepanjang daging labia minora vaginaku yang berwarna merah jambu sambil tangan papa agak sedikit diputar ketika tangan papa tepat menjamah lubang pipisku ini, dan papaku lantas berkata kepadaku;
“hmm… anak papa yang manis ini agak kurang didik iya… periode’ papanya sendiri dipipisin lho?”… Kalau begitu mama harus papa aturan sehari penuh ini, demikian papa melanjutkan perkataannya.
Akupun lantas menjawab; “ma’afin ratna pa… ratna tadi sungguh-sungguh nggak tahan pa… karena papa siech, buat ratna keenakan pa… sampai ratna pipis pa… sebab saking nikmatnya permainan lidah papa di vagina ratna ini pa…”
Ratna bersedia papa hukum pa seharian ini, asalkan tolong hukuman buat mama ini jangan berat-berat iya pa, era’ papa tega lho menghukum mama yang berat-berat pa, ujarku tegas tetapi sambil agak merajuk pada papa.
Papa lalu menjawab; “baiklah papa akan hukum kamu yang tidak terlampau berat nduk, putriku…” Memangnya papa akan menghukukumku apa lho pa, ujarku menyela perkataan papaku. Papa lalu melanjutkan perkataannya;
“Nduk, selaku hukuman alasannya kau tadi telah kencing di muka papa ini, meskipun papa tahu kamu tidak sengaja terkencing di tampang papa, sebab kau tak mampu menahan rangsangan yang papa berikan tadi, sebagai akhir dari pengecap papa yang menjilati klitoris, dan dinding labia minoramu itu terus-menerus, nah sepanjang hari ini kau dilarang menggunakan sehelai pakaianpun sayang, atau dengan kata lain kau mesti telanjang bugil sepanjang hari ini putriku sayang!
Bagaimana kau bersediakah sayang? Akupun lantas menjawab;“Okay dech pa, ratna nggak keberatan koq pa, ratna dengan bahagia hati akan telanjang bugil sehari penuh ini papaku sayang, papa meminta syarat apalagi lho pa dariku, putrimu yang paling elok ini suamiku?”
tanyaku pada papaku. Papa lantas menjawab;“Papa akan mengentotimu sepanjang hari ini Nduk, dan kita akan mandi bersamasayang, serta kau harus memberikan servis yang paling hebat sayang, dikala kita ngentot nanti ma!”
Apakah kau mampu sayangku? tanya papa kepadaku.”Iya pa, saya sanggup sayangku, papaku, suamiku, sehari penuh ini aku akan memenuhi keperluan biologis papa sayang, pa entoti aku di setiap sudut rumah kita iya pa, agar aku lekas hamil anak kita sayang”
ujarku mantap serta sarat pengharapan, karena dirikupun kini sudah dikuasai sepenuhnya oleh dewi cinta birahi, dan saya berharap dapat hamil, dan melahirkan anakku buah cintaku dengan papaku, yang mana itu juga adalah adikku ini.
Sesudah mendengar perkataanku ini papa kemudian menggendong, dan membopong tubuhku ini ke kamar mandi, kemudian sesampainya di kamar mandi papa lalu mengambil sabun, dan memintaku untuk menungging sambil berpegangan pada bab tepi kolam mandi, lantas papa menyelipkan tangannya di antara kedua belah pahaku ini,
lalu papa mulai menyabuni pecahan vaginaku yang sudah merekah dan agak berlendir ini sambil jari tangan papaku sibuk mengobel-kobel dinding vaginaku yang telah berair juga lembab lagi becek ini sehingga membuatku mengerang serta merintih mencicipi dinding vaginaku yang mencengkeram jari-jemari tangan papaku, dan akupun mulai meracau;
”… uuuhh… eemmhh… ooowwhh… ssshh… pa… eenaakk pa, teruss pa tusukin yang dalam jari papa sambil kocok yang kencang pa dinding memekku ini pa, sehabis itu papa entoti tempikku yang sudah gatal ini pa, minta disodok kontol papa sayang”.
Akupun berkata-kata vulgar disela-sela kunikmati kobelan jemari tangan papaku pada vaginaku yang liangnya telah menganga lebar membuktikan sudah siap dipenetrasi, juga dimasuki oleh penis papaku yang besar itu, sambil kupejamkan mataku ini.
Papa lantas semakin mempercepat mengobel-kobel vaginaku ini sesaat sehabis papa mendengar rintihanku tadi, dan akupun merasakan sudah hampir mencapai orgasme, alasannya vaginaku ini semakin becek serta basah dengan cairan kewanitaanku yang semakin banyak kukeluarkan, dan semenit lalu risikonya akupun benar-benar mengalami orgasme
… surrrr… surrrr.. surr… surrr… surrr… ketika jemari tangan papa menjamah bulatan bola kecil di depan dinding vaginaku yang mengarah ke arah urethra (jalan masuk kencingku) ini,
yang mana kawasan itu yaitu daerah titik G-spot vaginaku ini.
Akupun lalu berteriak sekencang-kencangnya; “ooowwhhh pa… eemmmhhh pa… sshh… aaauuucchh… ooowwwhh… pa… enaakk pa…” ketika jari telunjuk papaku disentuhkan pada bulatan bola kecil yang terletak di depan dinding vaginaku ini yang ialah titik G-spot vaginaku sambil jari telunjuk papa terus mengocok, dan mengobel dinding vaginaku, sehingga membuatku semakin mencicipi keenakan.
Papa kian cepat mengobel-kobel dinding vaginaku pada kawasan titik G-spotku ini selama nyaris 5 menit yang menimbulkan aku semakin kelojotan, dan merintih serta mengerang keenakkan;
”… ooowwhh… eemmmh… aaauuucchh pa, Nana telah nggak tahan pa, tempikku sudah lapar pa minta disodok kontol papa, ayo donk pa secepatnya entoti memekku ini pakai kontol papa yang besar, tegang, dan keras itu pa”.
Papa kemudian menyela perkataanku itu;“iya Nduk, sebentar iya sayang, papa juga sudah ingin kontol papa ini menikmati jepitan dinding vaginamu sayang, kontol papa telah ereksi dan berontak minta dimasukkan ke sarangnya sayang”. kata papaku sambil papa masih sibuk mengobel-kobel liang vaginaku dengan jari telunjuk tangan kanannya.
Setelah papa merasa puas mengobel-kobel vaginaku dengan jari-jemari tangannya, papa kemudian memajukan pantatnya, dan menyelipkan kontolnya di pecahan vaginaku ini sambil digesek-gesekkannya kontolnya di sepanjang liang vaginaku yang sudah merekah,
serta menganga lebar sehingga akupun mendesah semakin kencang sambil kupejamkan mataku ini sembari kunikmati pergesekan antara kedua kelamin kami berdua, yang menimbulkan vaginaku makin basah dan banjir dengan lendir cairan kewanitaanku serta menjadi amat sangat licin sehingga menjadikan kontol papakupun seringkali kepala penisnya menerobos ke dalam lubang pembukaan vaginaku yang berbentuk setengah bundar mirip cincin.
Akupun makin mendesah juga melenguh merasakan kenikmatan yang tiada taranya dikala kepala penis papaku terjerumus kian dalam ke dalam liang vaginaku ini, dan dapat kurasakan dinding vaginaku ini berdenyut-denyut mengatup membuka dan menutup menjepit serta meremas-remas kepala penis papaku itu.
Papa tiba-tiba kemudian kembali mengeluarkan penisnya yang tadi telah terjerumus, dan tercebur ke dalam liang vaginaku, lalu papa menggesekkan kepala penisnya di daging labia minora (bibir dalam) vaginaku yang berair dengan lendir cairan kewanitaan, sambil sesekali disentuhkannya kepala penis papaku pada klitoris atau itil vaginaku yang sudah menegang yang membuatku sedikit merasakan geli akibat dari pergesekan yang terjadi antara kepala penis papaku dengan seluruh bagian klitorisku ini
(yang terdiri dari batang badan, dan kepala klitoris, telah diterangkan pada paragraf sebelumnya, redaksi)
Aku yang semakin tersiksa dengan perlakuan papaku itu, kemudian dengan tangan kiriku, saya menggenggam batang penis papaku, dan kuletakkan sempurna di celah lubang pembukaan vaginaku yang berbentuk setengah bundar yang telah lembap, dan becek dengan lendir cairan kewanitaanku ini, kemudian sehabis itu kudorongkan pantatku yang semok ini ke belakang, dan terdengar suara
bless… bless… slebb.., sehingga penis papaku dalam sekejap sudah memasuki vaginaku, dan berada di dalam diriku ini. Aku mencicipi penis papa kian membesar di dalam vaginaku ini, dengan posisiku yang sedang menungging, saya mampu mencicipi otot-otot dinding vaginaku makin kencang nan kuat mencengkeram penis papaku, serta menjepit, dan memijat-mijat saraf-saraf di sepanjang penis papaku mulai dari kepala penis papa sampai dengan batang penisnya, kemudian perlahan-lahan kugoyangkan pantatku ini agar otot-otot dinding vaginaku kian sering membuka, dan menutup serta merapat meremas-remas penis papaku ini.
Papa mencoba mengimbangi gerakan pantatku dengan memaju mundurkan pantatnya, dan mendorong ke depan juga ke belakang penisnya yang makin membesar di dalam vaginaku serta menggesek, dan menyodok tiap jengkal demi jengkal rongga vaginaku yang kian berair serta licin dengan lendir cairan kewanitaan, dibarengi dengan otot-otot dinding vaginaku yang terus-menerus menjepit, dan meremas-remas penis papaku ini.
Aku mencicipi dengan posisi menungging ini atau dinamakan, dan diistilahkan “doggy style” kian lebih dapat kurasakan setiap sodokan penis papa, dan mampu kuimbangi gerakan papa dengan kugoyang-goyakan pantatku yang menciptakan otot dinding vaginaku makin rapat mencengkeram penis papa yang tanpa ampun papa terus menyodokkan penisnya makin dalam membelah, dan menusuk-nusuk di dalam rongga vaginaku ini juga menujah sungguh dalam sampai mentok, dan membentur dinding rahimku ini.
Papa masih asyik terus memaju mundurkan pantatnya, dan mendorong ke depan serta ke belakang penisnya menggeseki, dan menusuk-nusuk otot-otot dinding vaginaku ini, sambil kedua tangan papa meremas-remas buah dadaku yang bergoyang-goyang seirama dengan setiap sodokan, dan tumbukan yang terjadi antara kedua kelamin kami sehingga menyebabkan suara
brrtt,. brrtt… brrtt dikala tumbukan yang terjadi antara kedua selangkangan kami makin sering serta bertambah cepat juga kencang, disamping itu juga menjadikan bunyi gemericik air di dalam vaginaku seiring dengan bacokan demi bacokan juga genjotan demi genjotan penis papa pada vaginaku yang membuatku kian mencicipi kenikmatan yang tiada taranya,
sehingga kucoba untuk mengencangkan jepitan otot dinding vaginaku dengan agak kurapatkan kedua kakiku serta kugoyang-goyangkan pinggulku ini dengan sedikit cepat yang menciptakan penis papa masuk makin dalam, dan kini telah menerobos ekspresi rahimku ini.
Saat saya masih merasakan penis papaku yang terasa menyanggupi seluruh ruang, dan rongga di dalam vaginaku ini, datang-datang saya dikagetkan dengan timbulnya suara
preett… prett… seperti kentut dari vaginaku selaku akhir dari tabrakan demi ukiran penis papaku pada vaginaku yang kian licin, nan becek dengan lendir kewanitaanku
yang dibuat oleh kelenjar sabacea di bagian dalam labia mayora (bibir luar atau bibir besar) vaginaku, maupun oleh kelenjar bartholin pada vulvaku, dan kelenjar skene’s yang terletak di dekat jalan masuk kencingku, yang mana bikinan lendir kewanitaanku bertambah banyak,
kian usang aku bekerjasama seksual dengan papaku, alasannya hal ini berbanding lurus, semakin usang hubungan seksual yang dikerjakan oleh seorang wanita dengan seorang pria, maka buatan lendir kewanitaan bertambah banyak, yang mana lendir ini berfungsi untuk melumasi vagina saat berafiliasi seksual agar tidak terasa sakit, dan membuat lebih mudah keluar masuknya penis pada vagina.
Aku terus menikmati sodokan demi sodokan batang penis papaku pada vaginaku, kurasakan otot-otot dinding vaginaku semakin bersahabat mencengkeram penis papaku, yang semakin mengakibatkan suara
prett… prett… seiring dengan tumbukan demi tumbukan, juga benturan demi benturan antara selangkangan papa dengan pantatku ini. Papa terus menggenjot penisnya, dan memaju mundurkan sodokan penisnya pada vaginaku, sehingga vaginaku mengeluarkan suara
crrk… crkk… crkk… seperti bunyi kecipak air, seiring dengan makin meningkatnya buatan lendir kewanitaanku ini, yang menyebabkan vaginaku sungguh-sungguh banjir dengan cairan kewanitaanku yang sudah merembes, dan menetes hingga bagian dalam pahaku.
Papaku tak hanya menggenjot, dan menyodokkan penisnya pada vaginaku ini dengan tempo sedang, bahkan kadang dibarengi juga dengan jari-jemari papa yang memilin-milin klitorisku yang sudah menegang yang sebesar biji ini, yang membuatku kian merasakan kenikmatan yang tiada tara, dan kurasakan hangat yang luar biasa mirip dialiri oleh listrik ribuan volt, sambil kupejamkan mataku menikmati perlakuan papa pada vaginaku ini, kemudian kukatakan;
“oowwhh… eemmhh… sshh… hhaaahh… uuucchh… pa… eenaakk pa… teruss pa… aauucchh… lezat banget pa… ooowwhh… pilin-pilin terus itil memek ku ini pa… eemmhh pa… geli rasanya, namun enakk banget pa…”.
Dapat kurasakan otot-otot dinding vaginaku makin berkontraksi membuka, dan menutup mencengkeram serta meremas penis papaku semakin besar lengan berkuasa, dan tangan papapun tak tinggal membisu begitu saja, sembari kontol papa terus keluar-masuk menusuk-nusuk, dan mengocok serta mengaduk-aduk otot-otot dinding bagian dalam memek ku, tangan papa juga terus memilin-milin klitorisku ini, yang mengakibatkan aku kian terbuai, dan terbang ke awang-awang mencicipi kenikmatan yang tiada taranya ini.
Aku tak mau kalah dengan apa yang dilaksanakan oleh papaku ini, saya terus menggoyangkan pantatku dengan tempo yang tidak terlalu cepat, tetapi juga tidak terlampau pelan, sehingga aku dapat menikmati setiap tusukan demi tusukan penis papaku yang terus-menerus menusuk,
juga menujah setiap jengkal otot-otot dinding vaginaku ini, dan kurasakan pula kontol papaku makin usang kian membesar di dalam rongga kewanitaanku ini, yang menciptakan aku makin kelojotan, alasannya adalah papaku jadi semakin leluasa dalam mengeksplorasi titik G-spot ku di dalam vaginaku, dan makin usang pergesekan antara otot-otot dinding dalam vaginaku dengan penis papaku itu kian sering yang sesekalipun papa sengaja menyentuhkan kepala penisnya dengan klitorisku ini.
Sehingga hal ini mengakibatkan saya kian melenguh, serta mendesah juga menceracau mengeluarkan kata-kata jorok nan vulgar untuk mengungkapkan apa yang tengah kurasakan saat itu: Ngocoks.com
“oowwhh… pa, sshh… mmhh… pa, kontol papa semakin hari koq kian bertambah besar lho pa, uucchh… sakit pa… eemmhh… pa, vaginaku sarat , dan sesak rasanya dengan kontol papa… hhhuuffhh… pa…
Tak terasa telah hampir satu jam persetubuhanku dengan papaku, saat masih kunikmati sodokan demi sodokan kontol papaku di dalam vaginaku ini, aku meluangkan untuk melirik jam dinding yang berada di seberang ranjang kawasan persenggamaanku dengan papaku, dan jam dinding telah menunjukkan pukul 09.00 w. i. b, yang memiliki arti sudah hampir 1 jam lewat 15 menit persenggamaan yang kami berdua kerjakan.
Kurasakan sekujur tubuhku telah mulai lelah, tetapi rasa lezat yang menjalari rongga-rongga di bagian dalam vaginaku yang terus menjepit, dan meremas-remas penis papaku yang ukurannya terbilang tidak mengecewakan besar sehingga rongga di dalam vaginaku ini terasa sarat terisi oleh kontolnya,
serta menjadikan setiap pergesekan yang terjadi di sepanjang batang penis papaku dengan dinding-dinding bab dalam vaginaku kurasakan sungguh nikmat yang merepotkan untuk dilukiskan dengan kata-kata, apalagi saat papaku menyodokkan penisnya makin dalam yang mampu menerobos masuk ke dalam rahimku ini, dan membuatku makin kelojotan rasanya.
Aku memang merasakan sedikit rasa sakit di vaginaku ini akhir besarnya ukuran kontol papaku, akan namun di dalam hatiku berbisik, dan mengatakan bahwa kontol papaku memang tercipta untuk memek ku ini, karena terasa pas, dan mengganjal seluruh rongga di dalam vaginaku ini.
Sehingga saat itu kuputuskan semenjak hari ini, dan seterusnya aku dengan sukarela menggantikan tugas mamaku untuk memenuhi keperluan biologis papaku, manakala mamaku sedang berhalangan, ataupun ketika mamaku peran ke luar kota, meskipun kadang kala kami tetap melaksanakan persetubuhan secara sembunyi-sembunyi manakala mamaku sedang mengajar di kampus.
Beberapa ketika kemudian kurasakan bahwa aku sudah hampir mengalami titik puncak, yang ditandai dengan berkedutnya otot-otot dinding vaginaku ini, tetapi ternyata tidak demikian dengan yang dinikmati oleh papaku.
Kurasakan penis papaku masih sungguh keras, dan tegang. Hal ini membuat saya mencicipi sensasi yang teramat sangat lezat, akibat dari tusukan penis papaku yang kian dalam hingga memasuki leher rahimku, dan tembus sampai ujung kepala penis papa sungguh-sungguh sudah berada di dalam kandunganku ini.
Sehingga mau tidak mau, kembali kugoyangkan pinggulku ini semoga papaku segera meraih klimaksnya, sekalipun aku telah merasa lelah, namun tidak demikian dengan dinding rongga bagian dalam vaginaku yang masih terus meremas batang penis papa, yang pastinya hal ini menyebabkan sebuah kenikmatan tersendiri bagiku.
Dan suara plok… plok… plok… akhir tumbukan antara selangkangan kami berdua yang makin sering terjadi, juga bunyi cpplakk… cpllakk… mirip suara gemericik air setiap kali penis papaku dimaju mundurkannya, ditarik sedikit lalu dibenamakan kembali dengan lebih dalam, yang membuatku semakin kelojotan.
Komentar
Posting Komentar